Senin, 16 Desember 2013

“Makan bajamba” Tradisi makan di minangkabau

“Makan bajamba”
Tradisi makan di minangkabau
Minangkabau memang memiliki banyak tradisi dan juga kaya akan segala keunikannya. Salah satunya adalah tradisi makan, yaitu makan bajamba atau juga disebut makan barapak. Tradisi ini berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dan diperkirakan tel
ah dilakukan semenjak agama Islam masuk ke Minangkabau, yaitu sekitar abad ke-7. Tradisi ini umumnya dilaksanakan pada hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. Makan bajamba biasanya diawali dengan berbagai kesenian Minang, kemudian diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, hingga acara berbalas pantun.
Makan bajamba merupakan makan dilakukan secara duduk bersama-sama di suatu ruangan atau tempat yang telah di tentukan. Tujuannya adalah untuk mengikat dan meningkatkan rasa kebersamaan, tanpa adanya perbedaan status social.Makan bajamba biasanya di ikuti oleh puluhan hingga ribuan orang, kemudian orang-orang ini di bagi kedalam beberapa        kelompok yang biasanya tiap kelompok terdiri atas 3 – 7 orang yang duduk secara melingkar. Kemudian tiap-tiap kelompok terdapat satu dulang, dimana di dalam dulang tersebut telah terdapat beberapa piring yang berisi nasi dan berbagai macam lauk pauk lainnya. Dan adap makannya adalah seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya, dengan syarat mendahulukan yang tua.
Keunikan dari tradisi makan bajamba ketika proses makan, dimana nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan, kemudian  ditambah sedikit lauk pauk dan nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat. Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada nasi yang tercecer di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama. Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hendak masuk ke mulut bila tercecer tidak jatuh ke piring, sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama. Selain itu, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara bersimpuh (basimpuah) bagi perempuan dan bersila (baselo) bagi laki-laki. Kemudian setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan.
Pembaca, Makan bajamba juga telah mendapatkan Rekor Muri, yaitu pada 1 Desember 2006 yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-123 kota Sawahlunto tercatat sebagai acara makan bersama terbanyak dan terpanjang, karena diikuti oleh 16.322 orang.
Para ibu-ibu yang membawa dulang berisi makanan untuk makan bajamba


Suasana makan bajamba yang penuh kebersamaan dalam setiap keunikannya


Terima kasih telah membaca J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar